Belakangan ini, saya lagi nggak mood nulis.
Kalau ditanya kenapa, alasannya banyak: kerjaan yang menggunung, baju kotor yang menunggu dicuci, bahan makanan yang menanti dimasak. Kalau saya diberi waktu untuk menjelaskan kenapa saya nggak mood nulis, saya rasa saya bisa menghabiskan setengah jam sendiri untuk mencoba menjelaskannya.
Tapi, terlepas dari jawaban yang keluar dari mulut saya, alasan yang sebenarnya ternyata jauh lebih sederhana dari yang orang-orang pikirkan: saya malas.

Malas apa? Ya malas menulis. Malas memikirkan premis cerita baru. Malas menjalani proses riset yang bukan main panjangnya. Malas merunutkan ide dan adegan cerita. Malas menghabiskan cuti untuk menulis draf satu naskah. Malas melakukan swasunting. Malas mengirimkan naskah ke penerbit. Malas menunggu catatan revisi dari editor. Malas menentukan judul, menulis blurb buku, dan malas berdiskusi panjang untuk menentukan konsep desain sampul buku.
Continue reading “Perihal Rasa Malas”