Short Story · Writing Session

Setelah Musim Dingin Berlalu (1)

—a Polaris Musim Dingin after story.

“Akari?”

Aku menoleh ke arah Kyouhei, yang baru saja selesai memasukkan piring-piring ke dalam lemari. Dia berdiri termenung di sana, membelakangiku. Aku pun berhenti menyapu lantai Shirokuma Bistro dan menghampirinya dengan penasaran.

“Kau ingat apa yang Sensei katakan mengenai impian?” ujarnya.

Aku mengangguk, kemudian—menyadari dia tidak bisa melihatku melakukannya—bergumam “hmm” pelan.

“Kau tahu, aku yakin Sensei akan bahagia sekali mengetahui kau mewarisi dan melanjutkan Shirokuma Bistro,” kata Kyouhei tanpa membalikkan badannya. “Dan aku juga tahu restoran kecil ini adalah bagian dari impianmu—dari impian kita.”

“Kau ini sedang bicara apa, sih?” sergahku. Tidak biasanya Kyouhei bicara berputar-putar seperti ini.

Lelaki di hadapanku kemudian berbalik dan menatapku dalam-dalam.

“Akari,” ujarnya. Aku bisa mendengar suaranya sedikit bergetar. Tangannya yang terulur menadah sebuah benda kecil yang mengilap memantulkan cahaya lampu restoran yang kekuningan. “Hanya kalau kau tidak keberatan,” lanjutnya sebelum aku sempat berkomentar.

Setelah terdiam sejenak, aku beranjak mendekat, menempelkan tubuh kami tanpa memedulikan tangannya yang terulur. Kusandarkan kepalaku ke dadanya—di mana aku bisa mendengar detak jantungnya yang cepat.

“Kau tahu aku tidak akan bisa memberikan jawaban kalau kau tidak menyampaikan pertanyaanmu dengan jelas, bukan?”

Kemudian, yang Kyouhei lakukan berikutnya benar-benar di luar dugaanku. Dalam detik yang sama, bahkan sebelum aku menyelesaikan kalimatku, dia memelukku dengan erat.

“Menikahlah denganku, Akari. Hanya kalau kau tidak keberatan—wujudkanlah impianku ini, dan menikahlah denganku.”

Aku tersenyum dan balas memeluknya.

“Impian kita, Kyouhei,” ujar Akari. “Impian kita berdua.”

Leave a comment